Jumat, 27 Februari 2015

KEKRISTENAN DI VIETNAM

KEKRISTENAN DI VIETNAM

I.     Pendahuluan
Vietnam merupakan sebuah negara resmi yang berbentuk republik dan merupakan sebuah Negara yang masuk ke dalam lingkup indo-Cina. Di Negara Vietnam ada beberapa kepercayaan yang dianut oleh penduduk pribumi, salah satu dari kepercayaan itu adalah Kristen, baik itu Khatolik maupun Protestan. Pada pemaparan kali ini kita akan mencoba melihat bagaimana kekristenan itu masuk dan bertumbuh di Negara Vietnam, apa hasil faktor-faktopr yang menghambat dan mendukungnya.  Semoga tulisan ini berguna bagi kita semua.

II.  Pembahasan
2.1.    Gambaran Umum situasi sosial, politik, Budaya, Agama sebelum kekristenan
2.1.1.                     Letak Geografis
Luas Negara Vietnam kurang lebih 331.668 km2. Bagian Vietnam yang berbatasan dengan batas-batas internasional seluas 4.693 km2. Vietnam memiliki iklim hujan tropis dengan kelembaban rata-rata 48% sepanjang tahun.[1] Karena perbedaan pada garis lintang dan keanekaragaman topografi maka Vietnam mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan kemarau, musim kemarau berlangsung dari November-April sedangkan musim hujan berlagsung dari bulan April-Oktober. Suhu disebelah Selatan lebih sedang sepanjang tahun dengan rata-rata 280C, sedangkan suhu rata-rata di Utara 300C. Wilayah ini kemungkinan mengalami suhu naik di atas 380c di musim hujan.[2]
2.1.2.                     Kehidupan masyarakat tradisional penduduk
Bangsa Vietnam adalah bangsa yang suka bekerja keras dan panjang akal, di mana lebih dari 85% penduduk negeri itu jumlahnya kedua terbesar di Asia Tenggara minoritas tunggal terbesar bangsa itu adalah kelompok Cina, yang merupakan 4% penduduk Vietnam dan mayoritas tinggal di kota perdagangan Cholon. Namun tepat seperti pemerintahan Prancis yang melenyapkan gaya hidup tradisional bangsa Vietnam, maka perang berkesinambungan berlangsung selama 30 tahun (1946-1975) mempunyai akibat yang membinasakan dengan mengalami zona ekonomi yang baru. Namun beberapa perkembangan pada tahun 1980-an menunjukkan bahwa pemerintah bersedia mengendorkan kendali atas ekonomi pedesaan di mana petani diizinkan menjual kelebuhan padi, buah, dan sayuran secara pribadi dan tanah yang mereka kerjakan yaitu di kebun mereka tinggal sendiri.[3]
2.1.3.                     Kebudayaan penduduk
Kebudayaan yang berkembang di Vietnam dipengaruhi oleh Negara-negara tetangga yaitu India dan Cina. Banyak aspek cara hidup bangsa Vietnam tidak berubah sepanjang tahun ke tahun yaitu perselisihan dan pemulihan. Menu utama makanan mereka adalah nasi dan ikan. Rumah bamboo dan lumpur adalah tempat mereka untuk bermukim di pedusunan sambil memanfaatkan pendayungan tenaga kerbau. Pakaian gaya barat yang lebih santai Nampak di sebelah Selatan. Masyarakat Vietnam juga kaya akan bahasa yang terdiri dari kata-kata silabel tunggal yang tidak biasa, Vietnam memiliki 200 bahasa, misalnya bahasa Inggris, Perancis, Cina dan lain-lain. Kebudayaan Vietnam tetap kuat berpegang teguh pada Konfusianisme yang menekankan pada tugas-tugas yang bercorak kepada kekeluargaaan. Pendidikan sangat dihargai dan mereka menolak serta menghindari kebudayaan asing seperti kebudayaan bangsa komunis.[4]
2.1.4.                     System kepercayaan penduduk
Agama yang dipeluk secara luas adalah Buddha Mahayana, yang memasuki negeri itu melalui Cina dan merupakan tandingan Buddha Hinayana di Campuchea, Laos, Muangthai, dan Myanmar.[5] Juga didapati Kongfucuisme, Taoisme, dan sekte pribumi yang menggabungkan berbagai unsur agama yang lebih besar. Banyak penduduk negeri itu, terutama minorits dataran tinggi memeluk animisme (penyembah roh).[6]
2.1.5.                     Sistem pemerintahan
Pemerintahan Vietnam merupakan pemerintahan republic sosialis yang mengikuti pemerintahan Uni Soviet. Perdana menteri adalah kepala pemerintahan sekaligus mengepalai cabinet yang terdiri atas tiga deputi perdana menteri dan kepala 26 menteri-menteri dan perwira-perwira. Sedangkan perang ketua dewan Negara dalam teorinya serupa dengan lambang kepresidenan di negeri yang mempunyai perdana menteri dan presiden misalnya India dan Italia.[7]

2.2.    Awal masuk penginjilan dan kekristenan di Vietnam
2.2.1.                     Misi Katolik
Yang pertama-tama menyiarkan Injil di Vietnam adalah Misionaris-misionaris Roma Katolik, walaupun ada orang-orang Portugis yang datang dari Malaka, namun orang-orang Spanyollah yang pertama mengirimkan misionaris-misionaris ketempat ini. Masa permulaannya adalah sulit, dan para misionaris seringkali dihambat, diusir dan juga dibunuh. Namun pada tahun 1596 dan sekali lagi pada pada 1603 Raja Kamboja meminta bantuan orang-orang Spanyol dalam peperangannya melawan Muangthai dan ini mengakibatkan beberapa orang dapat di Kristenkan.[8]
Misionaris yang datang ke Vietnam adalah seorang katolik dari ordo Fransiskan yang dikirim dari Filipina pada tahun 1580 dan diikuti oleh ordoYesuit tahun 1615. Dua orang Yesuit yang bernama Fransesco Busomi dan Alexandre de Rhodes.[9] Mereka banyak melakukan penginjilan dan Alexandre de Rhodes adalah seorang penginjil yang luar biasa dimana dalam waktu tiga tahun ia membaptis enam ribu tujuh ratus orang  termasuk anggota-anggota rumah tangga raja dan penyembah berhala. Namun hal itu malah membangkitkan kecurigaan penguasa-penguasa sekuler hingga para missionaries yang mengajar dan membuat orang bertobat harus mengadakan pekerjaan mereka secara sembunyi-sembunyi. Dan pada tahun 1645, Rhodes akhirnya dilarang kembali ke Vietnam dengan ancaman hukum mati.[10]

2.2.2.                     Zending Protestan
Dalam hal ini, zending Protestan belumlah lama hadir di Vietnam, ini disebabkan politik dari Perancis. Dimana dalam perjanjian yang diadakan Perancis dengan raja-raja Annam, Kamboja dan Laos ditetapkan bahwa misi Roma Khatolik bebas masuk kemana-mana, tetapi utusan Injil lainnya tidak. Pemerintah anti kaum agama dari Perancis yang kemudian juga tidak mau memberi ijin masuk kepada utusan-utusan Injil Protestan. Kemudian dari pada Chirtian and Missionary Alliance yang merupakan zending Amerika berhasil memasuki Vietnam pada tahun 1991.[11]
Dekade pertama dari CMA (1911-1921) dapat disebut periode menyelidiki. Para utusan Injil pertama mengadakan percobaan dengan sejumlah pendekatan. Mereka menderita kemunduran mula-mula ketika penguasa-penguasa colonial Perancis dengan keras melarang kegiatan-kegiatan mereka selama Perang Dunia I. Karena itu pada akhir decade pertama, para utusan Injil itu mengoperasikan sebuah kantor percetakan yang produktif di Hanoi dan telah membuka sekolah Alkitab di Tourane. Merasa ada kesempatan yang besar, CAMA mengutus 22 penginjil ke lading baru mereka. Tiga pusat utama di Vietnam- Hanoi, Tourane dan Saigon dan telah diduduki oleh para utusan Injil yang telah membaptis sejumlah orang percaya di setiap tempat.
Periode besar kedua dari misi CMA (1922-1940) disebut sebagai tahun luar biasa. Dimana di dalam tahun ini hampir dua puluh ribu orang Vietnam dibaptis. Pada tahun 1928, jemaat-jemaat Vietnam diatur dalam satu badan gereja, sekarang disebut Evangelical Church of Vietnam (ECVN). Sampai tahun 1940 ada 123 gereja, yang mana 86 diantaranya bisa mencukupi diri sendiri. Tahun 1941, dimana mulainya serangkaian perang yang berlangsung terus hampir tidak pernah berhenti selama tiga decade. Ketiga perang ini telah mempengaruhi pekerjaan penyebaran Injil di Vietnam. Gereja Vietnam yang masih muda bangkit menghadapi tantangan yang muncul sampai pada tahun 1945 gereja menjadi lebih besar dan lebih kuat.[12]

2.3.                       Karya Zending
2.3.1.                Bidang Penginjilan
Banyak para penginjil utusan CMA bekerja keras terkususnya pakar-pakar bahasa telah menyelesaikan Perjanjian Baru ke dalam bahasa suku. Sehingga gereja-gereja suku juga telah membentuk sebuah misi, untuk membawa Injil kepada suku-suku serumpun yang belum terjangkau.[13]

2.3.2.                Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, para utusan Injil CMA mengoperasikan sebuah kantor percetakan di Hanoi dan membuka sebuah sekolah Alkitab di Tourane. Selain itu juga para misionaris megajarkan cara perawatan anak kecil, latihan kejuruan, dan pengembangan masyarakat.[14]

2.3.3.                Bidang Ekonomi
Terbentuknya kerjasama dengan agen-agen Protestan asing dalam memenuhi barbagai keperluan utama manusia yang diakibatkan oleh perang. Pertolongan mereka disambut gembira karena misi-misi penginjilan yang ada tidak memiliki cukup sumber dan walaupun mereka juga menyumbang untuk pertolongan darurat.

2.3.4.                Bidang Kesehatan
Para utusan Injil tidak hanya  menginjili, melainkan melayani keperluan manusia dengan cara yang patut dikagumi. Mereka melakukan perawatan terhadap bayi-bayi yang terlantar, pemberian makanan kepada para pengungsi  dan penyediaan obat-obatan dan peralatan protese untuk orang yang sakit dan terluka.[15]

2.4.                       Dampak Karya Zending
Melalui penyelesaian terjemahan Perjanjian Baru oleh Wycliffe Bible Translators, telah menghasilkan materi-materi pemberantasan buta huruf dan terjemahan Alkitab ke dalam dua puluh bahasa. Hal ini memudahkan para misionaris dalam mengabarkan Injil. Salah satu hasil yang paling nyata adalah kebangunan rohani diantara anggota-anggota suku dengan adanya pengakuan dosa tentang ketergantungan kepada jimat-jimat. Sehingga memicu pertobatan dari banyak anggota-anggota suku yang terus berlanjut. Selain itu juga, di masa perang, para misionaris menyumbangkan dana atas orang-orang Kristen sepuluh Negara yang berbeda melalui organisai-organisasi, tetapi bagian terbesar bantuan keuangan datang dari Amerika. Sumbangan-sumbangan dalam bidang social dari organisasi-organisasi ini memberi pengaruh terhadap agama Kristen. Misalnya keterlibatan Protestan yang berskala besar dalam kesejahteraan sosial juga membuat minoritas Protestan mendapat pengakuan baru dan rasa hormat.[16]

2.5.                       Faktor penghambat dan pendorong kekristenan
2.5.1.                Faktor Penghambat Kekristenan
1.                  Pemerintah Vietnam melihat kekristenan sebagai penghuni langsung dengan imperialisme, kapitalisme dan pemikiran Barat.
2.                  Kebutuhan tenaga awam yang terdidik dan pemimpin yang kompoten sangat besar, tetapi pelatihan para gembala nyaris mustahil sejak pemerintah menutup sebagian besar seminari teologia di Selatan pada tahun 1975.
3.                  Kebutuhan dan kendala di Vietnam adalah kondisi kehidupan yang miskin. Banyak gedung gereja yang sangat membutuhkan perbaikan, tetapi kekurangan suplai.
4.                  Selama perang Vietnam, misi mengalami kemunduran, dan banyak misionaris yang ditangkap dan dibunuh oleh Viet Kong, dan banyak pula orang Kristen yang dianiaya secara brutal.[17]

2.5.2.                Faktor pendorong Kekristenan
Adanya dukungan dana yang diberikan sebagian besar dari orang-orang Kristen di Amerika pada masa perang di Vietnam.

2.6.                      Refleksi Teologis
Dari pemaparan diatas dapat kita lihat bahwa perjuangan para misionaris untuk menyebarkan injil sangat begitu luar biasa sulitnya. Mereka sering kali dihambat, diusir, dan bahkan dibunuh. Terutama Zending dari Protestan yang sangat sulit dalam menyebarkan injil dibandingkan Misi Katolik karena disebabkan politik dari Perancis, dimana dalam perjanjian yang diadakan Perancis dengan raja-raja Annam, Kamboja dan Laos ditetapkan bahwa misi Roma Khatolik bebas masuk kemana-mana, tetapi utusan Injil lainnya tidak. Ditambah lagi pemerintah anti kaum agama dari Perancis yang kemudian juga tidak mau memberi ijin masuk kepada utusan-utusan Injil Protestan. Tapi kemudian dari pada Chirtian and Missionary Alliance yang merupakan zending Amerika berhasil memasuki Vietnam pada tahun 1991 dan mulai dari situlah zending Protestan mulai melakukan misinya.
Bagaimana dengan kita, apakah kita bisa seperti para misionaris diatas? Dari pemaparan tersebut kita bisa mencontoh mereka dan mengikuti perjungan mereka dalam menyebarkan injil dimana pun kita berada meskipun itu dengan tantangan yang sulit sekali pun kita harus yakin bahwa ada penyertaan Tuhan yang selalu menyertai kita kemana pun kita pergi, karena itu adalah tugas panggilan kita dalam memberitakan injil Kerajaan Allah ditengah-tengah dunia ini sehingga semakin banyaklah orang yang percaya dan mengukut Tuhan.

III.              Kesimpulan   
Dapat disimpulkan bahwa kekristenan yang pertama kali masuk ke Vietnam adalah dari Misi katolik Roma kemudian disusul Zending Protestan. Kemudian dalam menyebarkan injil para misionaris sangat sulit dalam melaksanakan tugas mereka, karena banyak hal yang harus dihadapi mereka seperti faktor penghambat yang sudah dipaparkan diatas, begitu juga faktor pendukungnya.

IV.              Daftar Pustaka
Butwell, Richard, Negara dan Bangsa, Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 2002
Barrett, David B. World Christian Ensiklopedia, New York: Oxford University Press, 1982
Hoke, Donald. E. Sejarah Gereja Asia Volume 1, Malang: Gandum Mas, 2000
Wolterbeek, J. D. Geredja-geredja di Negeri Tetangga Indonesia, Djakarta: BPK-GM, 1959
http://id. Wikipedia.org/wiki/berkas, diakses: 25 April 2012

chrisnov mulyanta tarigan sibero
GBKP Kuta Galuh - Klasis Sinabun




[1] http://id. Wikipedia.org/wiki/berkas, diakses: 25 April 2012
[2] Richard Butwell, Negara dan Bangsa, Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 2002, hlm. 198
[3] Ibid, hlm.199
[4] Ibid, hlm. 199-200
[5] J. D. wolterbeek, Geredja-geredja di Negeri Tetangga Indonesia, Djakarta: BPK-GM, 1959, hlm. 93-94
[6] Richards Butwell, Op. Cit, hlm. 199
[7] Ibid., hlm. 203-204
[8] J. D. Wolterbeek, Op.Cit.,  hlm. 94
[9] David B. Barrett, World Christian Ensiklopedia, New York: Oxford University Press, 1982, hlm. 744
[10] Donald. E. Hoke, Sejarah Gereja Asia Volume 1, Malang: Gandum Mas, 2000, hlm. 307-308
[11] J. D. Wolterbeek, Op. Cit, hlm. 98
[12] Donald. E. Hoke, Op. Cit, hlm.308-309
[13] Ibid., hlm. 286
[14] David B. Barrett, Op. Cit, hlm 745
[15] Donald. E. Hoke, Op. Cit, hlm. 289
[16] Ibid., hlm 290
[17] Paulus Daun, Sejarah Gereja Asia, Manado: Yayasan Daun Family, 2009, 113 

1 komentar: