Kamis, 09 Februari 2017

Teologi Sebagai Ziarah (Ringkasan: Pedoman Ringkas Berteologi)

Ringkasan Buku “Pedoman Ringkas Berteologi”
Penulis : Kelly M. Kapic
Oleh : Cl. Pdt. Chrisnov Mulyanta Tarigan Sibero, S.Th

BAB III : Teologi Sebagai Ziarah

Bagian bab III ini diawali dengan kalimat Kita Bukan Allah. Ungkapan yang cukup menarik yang bertujuan mengingatkan kita akan keterbatasan kita sebagai manusia. Realitas  penting yakni: kefanaan kita dan dosa kita.  
Para teolog abad pertengahan dan Protestan membuat pembedaan yang sangat menolong kita saat ini salah satunya ialah :
1.     Pengetahuan asli (archetypal), ialah: pengetahuan sempurna yang Allah miliki tentang diriNya sendiri. Kefanaan dan dosa tidak membatasi Dia. Ia tahu segala sesuatu.
2.    Pengetahuan duplikat (ectypal), ialah: pengertian yang kita miliki tentang Allah melalui cara penyataan diriNya, yang paling jelas dinyatakan dalam Alkitab (FirmanNya) dan puncaknya adalah dalam inkarnasi sang Firman (Yesus Kristus).
Kita bisa memiliki pengetahuan yang benar akan Allah walau terbatas, sehingga dalam hal ini sangat diperlukan pencerahan dari Roh Kudus. Ectypal bergantung pada karya Roh Kudus. Sehingga pengetahuan Allah dalam diriNya murni dan penuh, sedangkan pengetahuan kita akan Dia bersifat derivatif dan tidak lengkap.
Teologi sebagai ziarah. Kita berada di Jalan (bdk. Kis. 9:2; 19:9, 23; 24:14, 22) karena kita Pendatang (1 Ptr. 2:11) yang dipanggil untuk Berjalan dalam Roh yang membawa terang bahkan di kegelapan (bdk. 2 Kor. 5:2; Gal. 5:16, 25; Ef. 5:18, 15: Kol. 2:6; 1 Yoh. 1:6-7; 2 Yoh. 6).
Penulis mengemukakan pendapat beberapa tokoh:
-       Gregory dari Nazianzus (330-390), pengetahuan tentang Allah yang kita miliki dalam hidup ini hanya sedikit, meski segera sesudah ini mungkin akan lebih sempurna.
-       Santo Agustinus, jika anda membuat kemajuan, anda sedang berbaris maju; tapi majulah dalam kebaikan, maju dalam iman sejati, majulah dalam kehidupan yang benar – bernyanyilah, dan lanjutkan perjalanan.
Teologi sebagai ziarah adalah sebuah perjalanan, terkadang kita mendaki gunung bermandi cahaya matahari atau menurun lembah gelap; sewaktu-waktu kita diganjar dengan pemandangan tak berujung dan terkadang kabut merintangi kita. Semua perjalanan panjang, ada saatnya berhenti dan ada saatnya bertanya arah kepada orang lain. Terkadang kita mengambil jalan yang membawa kita ke tempat yang tidak terduga atau tempat pemandangan ajaib yang telah lama kita inginkan dan usahakan untuk dicapai.
Penulis juga mengingatkan kita adalah penting menyadari bahwa orang tidak menyerah dari berteologi karena keterbatasan yang ada, sebab keyakinan kita sepenuhnya bertumpu pada Allah, bukan pada diri sendiri. Thomas Aquinas: “Teologi diajarkan oleh Allah, mengajarkan tentang Allah dan memimpin kepada Allah”. Semua teologi yang baik dan setia datang dari Allah, yang adalah teolog utama – satu-satunya yang dapat bicara tentang diriNya tanpa kelemahan diri dan kesalahmengertian.
 Yesus bukan sekedar tahu kebenaran tapi Ia sendiri adalah kebenaran, jalan dan hidup. Dia Putra Allah, secara riil dan actual adalah Allah bersama kita. Ia adalah penyataan dari Allah yang agung. Tak seorang pun dapat datang atau mengetahui Bapa kecuali melalui penyataan sang Putra (Yoh. 14:6-7).

Pengenalan akan Allah penting (Mat. 12:27). Tidak sekedar kognitif tapi datang, memandang, mendengar Kristus dan merespon dalam kasih. Teologi harus penuh iman; iman selalu dituntut untuk teologi yang asli. Kita juga harus menyadari adanya relasi antara teologi dan ibadah, kita pindah dari keigintahuan intelektual ke perjumpaan yang terliibat dengan Allah yang hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar