Ringkasan Buku “Pedoman Ringkas Berteologi”
Penulis : Kelly M. Kapic
Oleh : Cl.
Pdt. Chrisnov Mulyanta Tarigan Sibero, S.Th
BAB
III : Teologi
Sebagai Ziarah
Bagian bab III ini diawali dengan
kalimat Kita Bukan Allah. Ungkapan yang cukup menarik yang bertujuan mengingatkan
kita akan keterbatasan kita sebagai manusia. Realitas penting yakni: kefanaan kita dan dosa kita.
Para teolog abad pertengahan dan
Protestan membuat pembedaan yang sangat menolong kita saat ini salah satunya
ialah :
1. Pengetahuan asli (archetypal), ialah: pengetahuan sempurna yang Allah miliki tentang
diriNya sendiri. Kefanaan dan dosa tidak membatasi Dia. Ia tahu segala sesuatu.
2. Pengetahuan duplikat (ectypal), ialah: pengertian yang kita
miliki tentang Allah melalui cara penyataan diriNya, yang paling jelas
dinyatakan dalam Alkitab (FirmanNya) dan puncaknya adalah dalam inkarnasi sang
Firman (Yesus Kristus).
Kita bisa memiliki pengetahuan yang benar akan Allah walau
terbatas, sehingga dalam hal ini sangat diperlukan pencerahan dari Roh Kudus. Ectypal bergantung pada karya Roh Kudus.
Sehingga pengetahuan Allah dalam diriNya murni dan penuh, sedangkan pengetahuan
kita akan Dia bersifat derivatif dan tidak lengkap.
Teologi sebagai ziarah. Kita berada di Jalan (bdk. Kis. 9:2; 19:9, 23; 24:14, 22) karena kita Pendatang (1
Ptr. 2:11) yang dipanggil untuk Berjalan
dalam Roh yang membawa terang bahkan di kegelapan (bdk. 2 Kor. 5:2; Gal. 5:16,
25; Ef. 5:18, 15: Kol. 2:6; 1 Yoh. 1:6-7; 2 Yoh. 6).
Penulis mengemukakan pendapat beberapa tokoh:
- Gregory dari Nazianzus (330-390),
pengetahuan tentang Allah yang kita miliki dalam hidup ini hanya sedikit, meski
segera sesudah ini mungkin akan lebih sempurna.
- Santo Agustinus, jika anda membuat
kemajuan, anda sedang berbaris maju; tapi majulah dalam kebaikan, maju dalam
iman sejati, majulah dalam kehidupan yang benar – bernyanyilah, dan lanjutkan
perjalanan.
Teologi sebagai ziarah adalah sebuah perjalanan, terkadang
kita mendaki gunung bermandi cahaya matahari atau menurun lembah gelap;
sewaktu-waktu kita diganjar dengan pemandangan tak berujung dan terkadang kabut
merintangi kita. Semua perjalanan panjang, ada saatnya berhenti dan ada saatnya
bertanya arah kepada orang lain. Terkadang kita mengambil jalan yang membawa
kita ke tempat yang tidak terduga atau tempat pemandangan ajaib yang telah lama
kita inginkan dan usahakan untuk dicapai.
Penulis juga mengingatkan kita adalah penting menyadari
bahwa orang tidak menyerah dari berteologi karena keterbatasan yang ada, sebab
keyakinan kita sepenuhnya bertumpu pada Allah, bukan pada diri sendiri. Thomas
Aquinas: “Teologi diajarkan oleh Allah,
mengajarkan tentang Allah dan memimpin kepada Allah”. Semua teologi yang
baik dan setia datang dari Allah, yang adalah teolog utama – satu-satunya yang
dapat bicara tentang diriNya tanpa kelemahan diri dan kesalahmengertian.
Yesus bukan sekedar
tahu kebenaran tapi Ia sendiri adalah kebenaran, jalan dan hidup. Dia Putra
Allah, secara riil dan actual adalah Allah bersama kita. Ia adalah penyataan
dari Allah yang agung. Tak seorang pun dapat datang atau mengetahui Bapa
kecuali melalui penyataan sang Putra (Yoh. 14:6-7).
Pengenalan akan Allah penting (Mat. 12:27). Tidak sekedar
kognitif tapi datang, memandang, mendengar Kristus dan merespon dalam kasih. Teologi
harus penuh iman; iman selalu dituntut untuk teologi yang asli. Kita juga harus
menyadari adanya relasi antara teologi dan ibadah, kita pindah dari
keigintahuan intelektual ke perjumpaan yang terliibat dengan Allah yang hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar