SEJARAH GEREJA BANGLADESH
Oleh : Chrisnov M. Tarigan Sibero, S.Th
I.
Pendahuluan
Bangladesh merupakan suatu Negara yang merupakan
bagian dari Asia Selatan dekat dengan Pakistan, India dan Myanmar. Negara ini
juga sering disebut negara dari anak benua, India. Hampir 90% penduduk di Bangladesh menganut
agama Islam, sisanya kebanyakan agama Hindu sementara penganut agama Kristen
hanya sekitar 0.3% dari jumlah penduduk yang ada. Bagaimana sebenarnya
pekabaran Injil di Negara ini? Bagaimana keadaan gereja disana?
II.
Pembahasan
2.1.
Gambaran
Umum Situasi Sosial, Budaya, Agama dan Politik Sebelum Kekristenan
2.1.1. Kehidupan Masyarakat Tradisional
Bangladesh
sangatlah miskin bahkan hingga saat ini negara ini merupakan salah satu negara
termiskin di dunia. Masyarakat hidup tergantung pada pertanian, karena sumber
daya alamnya sangat kecil.[1]
Makanan pokok masyarakat ini adalah beras. Penduduk negara ini 98% merupakan
suku Bengali[2]
dan sisanya terdiri dari suku-suku kecil seperti suku Chukma, Marna, Mro dan
Tiperra, Garo, dan lain-lain. Dalam masyarakat Bangladesh sejak dahulu sering
kali terjadi ketegangan antar etnis atau perselisihan antar suku.[3]
Kebanyakan penduduknya tinggal di wilayah pedesaan. Kemiskinan terdapat
dimana-mana walau tanahnya cukup subur untuk pertanian. Sistem pertanian masih
dilakukan secara tradisional, belum disentuh oleh teknologi. Mereka masih
banyak kekurangan bahan pangan. Di samping itu Bangladesh juga menghadapi
berbagai masalah kesehatan.[4]
Masyarakat
Bangladesh masih merupakan masyarakat yang buta huruf. Masyarakat ini sangat
kekurangan akan fasilitas sekolah dan tenaga guru untuk pendidikan. Sejak abad
ke-12 hingga ke-13 sudah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Hindu yang
mengakibatkan adanya sistem kasta yang ketat dalam masyarakat ini.[5]
Dengan adanya sistem kasta ini maka berlaku sistem stratifikasi yang sangat
kuat antar masyarakat. Kasta yang paling rendah biasanya ditempatkan di pedesaan
dan bekerja sebagai buruh.
2.1.2. Kepercayaan Penduduk
Sebelum
Islam datang negara Bangladesh dikuasai oleh penguasa Buddha yang kemudian
diperintah oleh penguasa Hindu. Tahun 1637 Islam datang ke tanah anak benua
India yaitu Bangladesh dan berkuasa di negara ini. Kekuasaan Islam diperkuat
pada tahun 1001 M.[6]
Agama Hindu dan Islam sudah berakar sangat kuat di kalangan masyarakat
Bangladesh. Hampir keseluruhan masyarakat Bangladesh sudah menganut agama Hindu
dan Islam, namun kebanyakan mereka adalah penganut agama Islam (setelah
Bangladesh memisahkan diri dari India maka mereka menetapkan bahwa negara ini
adalah negara Islam).
2.1.3. Kebudayaan Penduduk
Di
atas telah dipaparkan bahwa masyarakat Bangladesh sebagian besar terdiri dari
suku Bengali. Ciri orang Bengali adalah langsing, berkulit coklat, berperawakan
agak pendek, berambut hitam mengkilap dan berparas penuh perasaan. Pakaian
tradisional bagi laki-laki adalah “lungi” yang dikenakan di sekeliling pinggang
dan dilepas hingga mata kaki atau dilipat hingga di lutut. Wanita biasanya
mengenakan sari yang panjang.[7]
Bengali
adalah bahasa yang digunakan oleh sebagian besar penduduk Bangladesh dan
merupakan bahasa nasional.[8]
Sebuah bahasa Indo-Arya yang berasal dari bahasa Sanksekerta (seperti Hindi,
Punjabi dan Gujarati) serta beberapa bahasa lainnya. Bahasa ini ditulis
mengunakan aksaranya sendiri.[9]
Teks tertulis awal dalam bahasa Bengali adalah Charyapada dari abad ke-8.
Tradisi musik Bangladesh berdasarkan pada lirik dengan sedikit diiringi
instrument. Musik rakyat Bengali sering diiringi dengan “extara”, alat musik dengan satu dawai. Bentuk tarian Bangladesh
berasal dari tradisi rakyat dan juga tradisi tari India.[10] Ada
kesusastraan masih bersifat keagamaan seperti puji kepada Radha dan Krisna.[11]
2.1.4. Sistem Pemerintahan
Sampai
abad ke-2, Bangladesh sudah merupakan bagian dari kerajaan Maurya yang kemudian
runtuh pada tahun 185 M. sesudah itu Bangladesh dikuasai oleh raja Lobal. Pada
tahun 320-500, negeri ini dikuasai oleh kerajaan Gupta di India yang membawa
agama Hindu dan Budha.[12] Sampai
abad ke-12 wilayah ini dikuasai oleh kerajaan Hindu-Budha kemudian pada abad
ke-13 pengaruh Islam masuk ke wilayah. Pada priode ini Islam tersebar cepat di
Bengala sehingga memberi wilayah itu pengaruh Islam yang besar sampai saat ini.[13]
Jadi sebelum kekristenan datang sistem pemerintahan wilayah ini sudah berbentuk kerajaan yang dipimpin oleh
seorang raja. Awalnya negara Bangladesh ini merupakan bagian dari Pakistan yang
juga merupakan bagian dari negara India.[14]
2.2.
Keadaan
Geografis
Bangladesh
terletak di Delta Sungai Gangga-Brahmaputra. Delta ini terbentuk
oleh pertemuan Sungai Gangga (nama setempat Padma
atau Pôdda), Brahmaputra (Jamuna
atau Jomuna), Meghna,
dan anak-anak sungai yang berhubungan dari Himalaya.
Tanah aluvial
yang diendapkan oleh sungai-sungai itu telah menciptakan daratan yang amat
subur.Sebagian besar Bangladesh berada 12 meter di bawah permukaan laut, dan
dipercaya sekitar 50% tanah akan banjir jika permukaan laut naik hingga 1 m.
Titik tertinggi di Bangladesh berada di pegunungan Mowdok pada ketinggian
sekitar 1.052 m
(3.451 kaki). Iklim Bangladesh bersifat tropis,
dengan musim dingin yang sejuk dari Oktober hingga Maret serta musim panas yang
panas dan kering dari Maret hingga Juni. Musim hujan yang hangat dan lembab
berlangsung dari Juni ke Oktober dan memasok sebagian besar curah hujan negeri
itu. Bencana alam, seperti banjir,
siklon tropis, dan badai tornado
terjadi hampir tiap tahun, ditambah dengan pengaruh deforestasi,
degradasi tanah, dan erosi.[15]
2.3.
Bentuk
Pemerintahan Saat Ini
Bangladesh merupakan negara kesatuan yang memiliki sistem
pemerintahan demokrasi parlementer. Presiden ialah kepala negara.
Kedudukannya banyak diisi dengan menghadiri upacara-upacara kenegaraan. Kendali
pemerintahan sesungguhnya dipegang Perdana Menteri, yang
merupakan kepala pemerintahan. Presiden dipilih oleh
badan legislatif setiap 5 tahun dan memiliki kekuasaan yang normalnya terbatas.
Kekuasaan presiden bertambah selama masa jabatan pemerintahan pemelihara.Pemerintahan
sementara bertanggung jawab dalam mengendalikan transisi menuju pemerintahan
baru. Pejabat pemerintahan sementara haruslah non-partisan dan memiliki waktu
tiga bulan untuk menyelesaikan tugasnya. Sistem ini pertama kali dipraktikkan
pada 1991 dan dilembagakan pada 1996 sebagai amandemen ke-13 dari konstitusi.
Perdana Menteri dipilih
melalui upacara pemilihan oleh presiden serta harus menjadi anggota parlemen
dan mendapat kepercayaan mayoritas anggota parlemen. Kabinet terdiri atas para menteri yang
dipilih oleh Perdana Menteri dan diangkat oleh presiden.[16]
2.4.
Awal
Penginjilan dan Sambutan Penduduk Pribumi
Masuknya
penginjilan ke Bangladesh tidak terlepas dari masuknya penginjilan di India
karena pada awalnya Bangladesh merupakan bagian dari negara India. Pada tahun
1576, misionaris Yesuit telah memasuki wilayah Bengala India setelah sesudah
penjelajahan oleh Portugis. Pada dekade-dekade yang berikutnya, ordo Augustinus
dan Dominikan juga membuka pelayanan di sana. [17]
Para misionaris Gereja Katolik Roma ini bertemu dengan masyarakat yang sudah
memeluk agama Islam dan Hindu yang mayoritas di wilayah ini. Namun demikian GKR
berusaha menginjili bangsa Moghul, yang dikuasai oleh Kaisar Akhbar. Kedatangan
para misionaris ini disambut baik oleh Kaisar Akhbar bahkan mengajak Serikat
Yesus yang berpusat di Goa untuk mengutus pekabar Injil untuk mengajarkan iman
Katolik di istana. Kaisar Akhbar memberi ijin kepada rakyatnya untuk memeluk
agama Kristen, dan sebuah gereja dibangun di Lahore.[18]
Namun perlu kita ingat kembali bahwa pada masa ini Islam sudah berkembang dan
berakar di wilayah ini sehingga kemungkinan mereka masuk Kristen hanya sedikit.
Kekristenan hanya disambut secara baik oleh kasta Hindu yang rendah yang
meminta perlindungan tentara Portugis melawan suku-suku tetangga yang beragama
Islam.[19]
2.5.
Karya
Zending dan Perkembangan Kekristenan
Dua
ratus tahun kemudian setelah misi Katolik, misi Protestan masuk ke wilayah
Bangladesh , salah satu tokohnya adalah William Carey yang diutus ke India pada
tahun 1793 oleh BMS (Baptist Missionary Society) yang merupakan perkumpulan
sabagai lembaga pengutus misi ke luar-negeri yang pertama di Inggris. Carey
memulai pelayanannya di Benggala dan pos misi BMS pertama didirikan pada tahun
1795 di Dinajpur namun yang menjadi pusat berbagai kegiatan Carey yaitu di
Serampore di negara bangian Benggala Barat. Kemudian pada tahun 1816 dibuka
pusat misi BMS di Dakka yaitu ibukota dari Bangladesh. Gerakan misi Protestan
BMS inilah yang menjadi gerakan misionaris Protestan yang tertua di Bangladesh.[20]
2.5.1. Karya Zending
2.5.1.1.
Bidang
Penginjilan
Dalam
bidang penginjilan salah satu cara penginjilan yang paling tampak adalah menterjemahkan
Alkitab dalam bahasa Benggali yang dilakukan oleh William Carey. Ia
menterjemahkan Alkitab dalam bahasa Benggali selam lima tahun. Sebelumnya misi
Katolik yang merupakan misi yang pertama yang datang ke India tidak melakukan
penerjemahan terhadap Alkitab ke dalam bahasa setempat. Metode penginjilan yang
dilakukan hanya dengan mengajarkan unsur-unsur Kristen yang pelayanan
kesehatan. Carey mengabarkan Injil dalam ratusan tulisan Benggala. Pada tahun
1666 diperkirakan ada 33000 penganut Roma Katolik di Benggala, kebanyakan
diantara mereka tinggal disekitar tempat-tempat perdagangan yang didirikan
bangsa Portugis.
Carey menganggap penyebaran Alkitab dalam
sebanyak mungkin bahasa-bahasa sebagai salah satu azas pokok pengkabaran Injil.
Ia melakukan penginjilan dengan cara mempelajari alam pemikiran suku-suku
bangsa di Benggala.[21] Selain
menterjemahkan Alkitab ia juga secepatnya menahbiskan pendeta pribumi seperti
di Serampore yang merupakan pusat pelayanan Baptis ditetapkan seorang yang
bernama Ward sebagai pendeta jemaat. Para penginjil yang masuk ke daerah ini
menyusaikan diri dengan konteks yang ada di Benggali. Selain dari kaum Baptis
Inggris, Australian Baptist Missionary Society juga memulai pelayanan khususnya
diantara suku Garo[22]
yang animistis di daerah gunung di sepanjang perbatasan dengan Assam pada tahun
1882. Dan hasilnya adalah berdirinya Garo Baptist Union. Selain itu juga kaum
Baptist Selandia Baru menjalankan misinya di Bangladesh pada tahun 1886.
Jemaat-jemaat yang berbahasa Benggali yang dihasilkan dari pelayanan kaum
Baptis dari Australia dan Selandia Baru
tergabung dalam Bangladesh Baptist Union.[23] Para
misionaris di Bangladesh menanamkan modal yang besar dalam bidang penerbitan
buku-buku Kristiani. Lembaga-lembaga misionaris yang ada aktif menerjemahkan
Injil ke bahasa Benggali dan mencetaknya dalam jumlah besar lalu menyebarkannya
ke masyarakat secara gratis.[24]
Selain dari misionaris Baptis, ada juga badan zending dari Anglikan pada tahun
1805 yaitu dari Church Missionary Society (Anglikan).[25] Sampai saat ini pengkabaran Injil masih tetap
dilakukan di negara Bangladesh. Sejak tahun 1970-1971 pada waktu perhatian
dunia terfokus ke Bangladesh menyusul tragedi ganda yakni taufan yang
menghancurkan diikuti oleh perang saudara, banyak kelompok yang sebelumnya
tidak bekerja di negara tersebut telah mengirimkan tim medis dan pertolongan.
Kelompok-kelompok ini termasuk Evangelism Fellowship of India, kaum Mennonite,
Bala Keselamatan, World Vision, World Relief Commission of NAE, Medical
Assistance Programs, Bible and Medical Missionary Fellowship, dan German
Liebenzeller Mission semuanya secara berkelanjutan menyatakan belas kasihan dan
keperdulian Kristen.[26]
2.5.1.2.
Bidang
Pendidikan
Pada
tahun 1819, William Carey mendirikan Serampore Collage, yang kemudian diberi
izin resmi oleh raja Denmark.[27]
Perguruan ini terus mendidik orang-orang untuk pelayanan bahkan sampai sekarang
ini. Perguruan tinggi Serampore ini kemudian di tingkatkan menjadi universitas.
Disitu diajarkan teologi Kristen, filsafat India dan ilmu pengetahuan barat. Ia
juga mendirikan Horticutural Society (Persekutuan Ilmu Perkebunan) dengan
tujuan meningkatkan metode-metode pertanian.[28] Tingkat
pendidikan warga Bangladesh amat rendah oleh karena itu missionaris mengetahui
bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan jalan terbaik untuk mempengaruhi
masyarakat. Carey mengajar dalam bahasa Benggali sehingga mudah dimengerti oleh
masyarakat. Ia mengajar selama 30 tahun lamanya.[29]
2.5.1.3.
Bidang
Ekonomi
Dalam
bidang ekonomi kegiatan zending tidak terlalu banyak diceritakan oleh berbagai
sumber yang kami dapat. Tetapi pada saat Carey di Bangladesh ia mendirikan
persekutuan ilmu perkebunan dengan tujuan meningkatkan metode-metode pertanian.
Ia mengadakan percobaan dengan tanaman kopi dan tembakau dan gula tebu dan tanaman
yang menghasilkan biji-bijian.[30]
Inilah mungkin salah satu usaha yang dilakukan zending dalam rangka menambah
pendapatan ekonomi.
2.5.1.4.
Bidang
Kesehatan
Kesehatan adalah
masalah utama di wilayah Banglades bahkan hingga pada saat ini, selain factor
kemiskinan yang terjadi juga setelah diteliti saat ini itu dikarenakan
kontaminasi air permukaan arsenik yang terkandung di dalam tanah. Misionaris yang benar-benar dokter datang pertama kali
pada abad XIX yaitu Jhon Thomas rekan dari William carey. Para misionaris yang
datang memulai pelayanan mereka dengan klinik-klinik kecil dan secara
berangsur-angsur beberapa rumah sakit misi yang besar di dirikan di seluruh
negri India (Pada masa ini Bangladesh masih merupakan negara bagian India),
disusul dengan pusat-pusat pendidikan medis untuk para dokter seperti Vellore. [31]Salah
satu badan zending dari Amerika pada tahun 1956 (ABWE) juga melayani kebutuhan
medis di daerah yang terabaikan di Selatan perbatasan dengan Burma.[32]
2.5.1.5.
Bidang
Budaya/ Adat-Istiadat
Pakar kesusatraan India
dinilai Carey sebagai pendiri sastra prosa dalam bahasa Benggali sehari-hari,
dibanding dengan puisi yang dikarang sebelumnya yang tidak dapat dimengerti
oleh orang biasa.[33]
Inilah salah satu pendekatan kebudayaan yang dilakukan oleh carey pada
masyarakat Bangladesh. Inilah salah satu kelebihan dari Carey dalam mengabarkan
injilnya, bakatnya yang luar biasa di bidang bahasa ia lakukan untuk melakukan
pendekatan dari segi budaya Benggali. Dan manurut Carey penelitian buday India
merupakan tugas misi yang tidak boleh diabaikan. Salah satu inti pokok
kebudayaan Hindu yang sudah tertanam pada masyarakat Banglades adalah sistem
kasta. Sistem ini menimbulkan dua pokok persoalan bagi misi Kristen baik
Khatolik maupun Protestan yaitu antara ditolak atau dibiarkan pada sistem
social saja. Carey sendiri menaggapinya sebagai sistem yang tidak dipisahkan
dari agama Hindu. Carey berusaha menyesuaikan dirinya dengan kebudayaan India
dalam segal hal yang tidak langsung bertentangan dengan Alkitab. Tetapi dalam
hal kasta Carey dengan tegas menuntut agar orang yang baru percaya harus keluar
dari kasta.[34]
2.5.2. Dampak Karya Zending
2.5.2.1.
Bidang
Kegerejaan dan Kehidupan Rohani
Di bidang kegerejaan
dampak yang ditimbulkan dari hasil karya
Zending adalah dibangunnya gereja-gereja di daerah-daerah Bangladesh.
Dalam segi kuantitas memang jumlah persenan penduduk Bangladesh yang menganut
agama Kristen sangatlah sedikit. Namun tetap saja usaha Zending yang dilakukan
ke negara ini menghasilkan beberapa suku di Banglades memilih untuk mengikut
Kristus seperti suku Garo. Pada tahun 1999 suku Garo di daerah perbatasan Assam
dilaporkan 95% Kristen. Selain itu juga terdapat suku Pankho di daerah
pegunungan Chittagong hampir seluruhnya Kristen.[35]
Namun secara keseluruhan umat Kristen di Bangladesh hanya sekitar 0,5%.
Kemudian hasil karya Zending yang lainnya adalah berdirinya gereja-gereja besar
salah satunya adalah Persatuan Baptis Bungalore yang merupakan gereja terbesar
di Bangladesh. Satu karya yang paling penting juga adalah Alkitab terjemahan berbahasa
Benggali yang merupakan hasil karya dari William Carey. Selain terjemahan
Alkitab dalam bahasa Benggali, salah satu yang menjadi hasil karya zending BMS
di Bangladesh adalah Baptis Union.[36]
2.5.2.2.
Bidang
Sosial-Ekonomi
Di
Bangladesh banyak lembaga bantuan sosial bekerja seperti World Vision dan TEAR
Fund. Dewan Kristen Nasional mendirikan komisi pembangunan Kristen yang
melayani dibidang perikanan, pertenunan dan pertanian, juga Proyek Kesehatan
Kristen (PKK) yang mengkoordinir pelayanan medis di desa. Dengan bantuan sosial
tersebut dampak yang ditimbulkan umat Kristen yang sangat kecil jumlahnya di
negara Bangladesh berusaha menunjukkan kasih Kristus kepada masyarakat luas.[37]
2.5.2.3.
Bidang
Pendidikan
Telah
kita ketahui bahwa di negara Bangladesh ini orang-orang yang masuk Kristen
kebanyakan berasal dari kasta-kasta rendah dan memiliki pendidikan yang sangat
rendah. Salah satu karya zending yang paling tampak adalah sekolah yang
didirikan oleh William Carey di Serampore yang masih berpengaruh sampai
sekarang. Penekanan pendidikan oleh para mesionaris mula-mula di Benggala
terlihat dari laporan bahwa 80% orang-orang Kristen di Bangladesh dapat membaca
dan menulis.[38]
Kemudian pada tahun 1960 juga sudah didirikan sekolah Korespondensi Alkitab di Bangladesh
sebagai wadah pelayanan gereja dan misi yang berminat. Sejak 1960 lebih dari
50.000 siswa telah terdaftar mengikuti sekolah tersebut. Sejak kemerdekaan 1971
jumlah orang mendaftar rata-rata 2 kali lipat.[39]
Sekarang telah banyak perguruan tinggi Kristen yang dibangun di Bangladesh. Ada
sekitar 32.000 sekolah dasar dan menengah di Bangladesh, kurang dari 500 buah
di sponsori oleh gereja dan misi.
2.5.2.4.
Bidang
Kebudayaan
Dari
sumber yang kami dapat mengenai dampak zending dalam bidang kebudayaan tidak
terlalu ditampilkan atau diperlihatkan. Akan tetapi perlu kita ingat kembali
pada masa William Carey, ia menegaskan atau menentang keras sistem kasta bagi
orang-orang Kristen dan orang yang masuk Kristen harus keluar dari kasta.
Dengan demikian dengan adanya ketetapan
ini maka budaya kasta dikalangan orang Kristen pastilah tidak berlaku lagi
sebab mereka akan keluar dari kasta setelah mereka menjadi orang Kristen.
Selain itu munculnya sastra karya dari William Carey mengenai sastra prosa
dalam bahasa Bengali sehari-hari menghasilkan karangan-karangan Sastra dalam
bahasa Benggali sehari-hari yang mudah untuk dimengerti.
2.5.3. Peran Tokoh Kristen Pribumi
Mengenai
tokoh pribumi khususnya di negara Bangladesh tidak dicantumkan dari beberapa
sumber yang kami baca. Kemungkinan ini karena dinegara ini persentase jumlah
umat Kristen sangat sedikit. Yang kedua kebanyakan orang Kristen di negara Bangladesh
berasal dari kasta golongan rendah menurut agama Hindu, oleh karena itu ada
kesulitan yang dialami orang-orang Kristen yang sebelum masuk Kristen berasal
dari kasta rendah mengabarkan Injil pada mereka yang memiliki kasta yang lebih
tinggi. Tokoh-tokoh pribumi yang ada kebanyakan berasal dari India seperti Ibu
Teresa yang melakukan penginjilan di wilayah Kalkuta yang berdekatan dengan
Bangladesh yang melayani secara khusus untuk orang-orang miskin. Inilah salah
satu yang menjadi kelemahan gereja di Bangladesh ialah kurangnya kesaksian dari
kaum awam/ pribumi sama dengan India.[40]
Penginjilan masih menjadi tanggung jawab dari pekerja purnawaktu. Dan bahkan
sampai sekarang penginjilan masih banyak dilakukan dari luar Bangladesh.
2.6.
Faktor-faktor
Penghambat dan Pendorong Gerakan Kekristenan
2.6.1. Faktor-faktor Penghambat
Beberapa
alasan yang dapat dikemukakan bagi pertumbuhan kekeristenan yang sangat lambat
didaerah Bangladesh yaitu:
1.
Perlawanan terhadap Injil oleh
agama-agama etnik di Asia. Islam dan Hindu begitu dalam berakar didalam sejarah
dan tanah Bangladesh dan menyatakan paling tidak memiliki jumlah penganut 99%
dari penduduknya. Walaupun tidak mustahil untuk menyampaikan Injil kepada para
pengikut kepercayaan-kepercayaan ini, mereka secara historis adalah orang yang
kurang memberikan tanggapan, teristimewa bila mereka menyamakan agama Kristen
dengan ideology-ideologi dunia barat atau imperialisme budaya.
2.
Perlawanan dan ketidakacuhan yang nyata
dari kaum Muslim dan Hindu terhadap berita Kristen dalam membuat para
misionaris mula-mula untuk berkonsentrasi pada pendidikan dengan mengobarkan
penginjilan. Lambat laun pendidikan sering kali menjadi pengganti bagi
penginjilan. Tetapi biar pun manfaat-manfaat pendidikan itu mungkin sangat
diperlukan, pendidikan sebagai alat penginjilan tidak terbukti efektif disana.
3.
Yang menjadi penghalang bagi pertumbuhan
agama Kristen di Bangladesh ini adalah masalah kelalaian. Masalah-masalah
perlawanan dan tidak adanya respon, digabungkan dengan suasanan yang melemahkan
telah membuat kecil hati banyak misionaris-misionaris untuk melanjutkan atau
bahkan memulai usaha-usaha penginjilan orang Benggali.[41]
2.6.2. Faktor-faktor Pendorong
Yang
menjadi factor-faktor pendukung gereja dapat muncul memulai misinya di
Bangladesh antara lain:
1.
Adanya izin yang diberikan oleh Kaisar
Akhbar (1556-1605) yang merupakan raja terkemuka yang menguasai kerajaan Mogul
Agung di India ketika Bangladesh masih merupakan bagian dari India. Raja ini
malah mengundang ordo Yesuit ke istananya, ia memberika izin pemberitaan Injil
secara luas. Meskipun ia sendiri tetap menjadi orang Islam.[42]
2.
Adanya respon dari yang memiliki kasta
rendah untuk menerima Injil dan mau menjadi Kristen.
3.
Keadaan masyarakat yang berada di taraf
kemiskinan, wilayah yang sering sekali terkena bencana, taraf pendidikan yang
sangat rendah dan kesehatan yang rendah menjadi sarana yang bisa dipakai
pekabar Injil untuk melakukan pendekatan.
III.
Kesimpulan
Dari
apa yang telah kami paparkan mengenai sejarah gereja di Bangladesh diatas maka
dapat kita simpulkan bahwa kekeristenan di Bangladesh sangatlah minoritas hal
ini disebabkan karena tanggapan atau respon yang kurang dari penduduk asli
Bangladesh serta kurangnya pelayanan misi ke negara ini. Sampai saat ini misi
penginjilan masih terus berlanjut di negara Bangladesh, banyak badan misi yang
sekarang bekerja disana yang disertai dengan pelayanan sosial terhadap penduduk
Bangladesh
IV.
Refleksi
Teologis
Usaha-usaha zending menyebarkan Injil ke Bangladesh
merupakan suatu usaha yang sangat sulit mereka lakukan. Mereka mengabarkan
Injil di tengah-tengah penduduk yang sudah sangat terikat dengan agama-agama
lain yang sangat berbeda dengan ajaran Kristen. Ini hampir sama dengan kisah
Yunus yang mengabarkan firman Allah ke daerah Niniwe yang merupakan wilayah
yang menurut kita manusia adalah wilayah yang sedikit kemungkinannya menerima
firman Allah. Namun kita lihat walaupun menurut kita pekabaran Injil di
Bangladesh itu merupakan suatu hal yang mustahil tetapi zending dan para
misionaris tetap melakukan misi Allah ke tengah-tengah bangsa ini. Ini menjadi
suatu refleksi bagi kita untuk melihat ternyata masih banyak lahan-lahan
penginjilan khususnya di Bangladesh yang belum bisa dijangkau.
Zending
menyadari bahwa Injil merupakan berita keselamatan yang seharusnya di terima
oleh semua orang sebagai mana yang menjadi amanat agung Yesus Kristus dalam
Matius 28:18-20 untuk mengabarkan Injil kepada semua bangsa. Kita lihat juga
William Carey yang bermisi di Bangladesh, dalam menjalankan misinya ia
melakukan pendekatan terhadap orang Bangladesh dan melihat budaya mereka. Dari
sini tampak bahwa pengkabaran Injil itu bukan merupakan suatu paksaan yang
harus dilakukan dengan kekerasan tetapi juga melalui jalan damai dan kasih
terhadap sesama.
V.
Daftar
Pustaka
Alexander,
David E., "The Third World". Natural Disasters.
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers, 1999
Barrett,
David B., World Christian Encyclopedia, New
York: Oxford University Press, 1982
Effendy,
Mochtar, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, Palembang:
Universitas Sriwijaya, 2000
Hoke,
Donald E., Sejarah Gereja Asia Vol.1, Malang:
Gandum Mas, 2000
Jones,
Lin Osan, Encyclopedi of Religion, London:
Gae Cengage, 2005
Karan,
P.P., Negara dan Bangsa, Jilid III- Asia,
Jakarta: Grolier International, 2002
Lorimer,
Lawrence T., Encyclopedia of Knowledge, America:
Grolier, 2001
Ruck,
Anne, Sejarah Gereja Asia, Jakarta:
BPK-GM, 2008
Suyono,
Y.Joko, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta:
PT. Delta Pamungkas, 1997
Van
den End, Th., Harta Dalam Bejana, Jakarta:
BPK-GM, 2008
Wellem,
F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta:
BPK-GM, 2009
Wellem,
F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh
Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 1999
Wetzel,
Klaus, Kompendium Sejarah Gereja Asia, Malang:
Gandum Mas, 2000
Wolterbeek,
J.D., Gereja di Negeri-negeri Tetangga
Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 1959
http://
id.wikipedia.org/wiki/bangladesh
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://thejustlife.org/home/2010/02/10/serving-the-garo-tribe-in-bangladesh/
[1] Y.Joko Suyono, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta:
PT. Delta Pamungkas, 1997, hlm. 135
[2] Bengali ini yang dahulu disebut suku Bang, diperkirakan sekitar
tahun 1000 s.M, mereka didesak keluar dari lembah Gangga bagian atas oleh suku
Indo-Arya. Kawasan baru yang diduduki oleh suku Bang ini kemudian dikenal
sebagai Benggala. (P.P. Karan, Negara dan
Bangsa, Jilid III- Asia, Jakarta: Grolier International, 2002, hlm. 148
[3] http:// id.wikipedia.org/wiki/bangladesh
[4] Y.Joko Suyono, Op.cit., hlm. 134
[5] http:// id.wikipedia.org/wiki/bangladesh
[6] Mochtar Effendy, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, Palembang:
Universitas Sriwijaya, 2000, hlm. 392
[7] P.P. Karen, Op.cit., hlm. 147
[8] Lawrence T. Lorimer, Encyclopedia of Knowledge, America:
Grolier, 2001, hlm. 370
[9] http:// id.wikipedia.org/wiki/bangladesh
[10] Ibid
[11] Lin Osan Jones, Encyclopedi of Religion, London: Gae
Cengage, 2005, hlm. 826
[12] Y. Joko Suyono, Op,cit., hlm. 135
[13] P.P. Karan, Op.cit.,hlm.149
[14] Pada abad ke-18, ketika wilayah
ini dikuasai oleh Inggris, ada gerakan pembebasan atau desakan Liga Muslimin
untuk membentuk negara Pakistan yang terpisah dari bagian anak benua India.
Mereka mengkhendaki pembentukan negara Islam terpisah dari India. Pada tahun
1947 ketika Inggris member kemerdekaan kepada India dan mendukung Pakistan
sebagai negara merdeka wilayah Benggala dibagi dua. Benggala barat menjadi milik
India dan Benggala timur menjadi Pakistan Timur. Tetapi pada tahun berikutnya
terjadi perang saudara pada 26-Maret-1971, pada masa ini Pakistan Timur
menyatakan diri merdeka dengan nama Bangladesh. Y. Joko Suyono, Op,cit., hlm. 135
[15]David E.
Alexander, "The Third
World". Natural Disasters. Dordrecht:
Kluwer Academic Publishers, 1999, hlm. 532.
[16] http:// id.wikipedia.org/wiki/bangladesh
[17] Donald E. Hoke, Sejarah Gereja Asia Vol.1, Malang:
Gandum Mas, 2000, hlm.100
[18] Akhbar mempunyai rencana
memecahkan persoalan agama dalam negaranya dengan cara menyusun sendiri agama
baru yang bersifat sikretitis. Anne Ruck, Sejarah
Gereja Asia, Jakarta: BPK-GM, 2008, hlm. 111
[19] Ibid, hlm. 90
[20] Klaus Wetzel, Kompendium Sejarah Gereja Asia, Malang:
Gandum Mas, 2000, hlm. 195-196
[21] Th. Van den End, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM,
2008, hlm. 319-320
[22] Komunitas Garo
merupakan salah satu suku besar di Bangladesh. Menurut buku-buku sejarah, suku
Garo memasuki Bangladesh pada abad pertama. Mereka adalah pengungsi dari
Mongolia dan datang ke wilayah ini melalui Tibet. Para Garo telah tinggal di Bangladesh selama
ribuan tahun. Awalnya, mereka mengikuti agama yang bernama Sonatoni, pada masa
pemerintahan Inggris di benua ini mereka datang kepada Kristus. Saat ini,
hampir 100 persen dari praktek suku Garo Kristen, meskipun beberapa masih
percaya Sonatoni. Garo memiliki bahasa mereka sendiri, Achick, yang sangat
berbeda dari bahasa lokal, Bengali. Achik
memiliki beberapa aksen / cabang seperti Habeng, Attong, dll. Suku Garo juga
memiliki budaya sendiri. Pakaian mereka, kebiasaan makanan dan gaya perayaan
dapat dengan mudah dibedakan dari Bengali dan suku-suku lainnya. Orang-orang
dari suku Garo memiliki fitur yang berbeda dari penduduk asli Bangladesh
(Bengali orang). Mereka adalah sedikit lebih pendek dan memiliki kulit yang
adil. Mata mereka dan hidung mirip dengan nenek moyang mereka dari Mongolia. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://thejustlife.org/home/2010/02/10/serving-the-garo-tribe-in-bangladesh/
[23] Donald E. Hoke, Op.cit., hlm. 101
[24] http:// id.wikipedia.org/wiki/bangladesh
[25] Lembaga ini didirikan pada tahun
1799 oleh Thomas Scott yang berasal dari gereja Anglikan. Lembaga inilah yang
pertama kali membuka pekabaran Injil di Kanada, Selandia Baru, Timur Tengah,
Afrika Barat dan Timur dan beberapa tempat di India, Pakistan, Srilanka,
Tiongkok Selatan, dan Jepang. Hasil pekerjaannya adalah terbentuknya gereja
Anglikan di berbagai wilayah tersebut. F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2009, hlm. 58
[26] Donald E. Hoke, Op.cit., hlm. 103
[27] Ibid, hlm. 321
[28] Anne Ruck, Op.cit., hlm. 123
[29] F.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam
Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 1999, hlm. 74
[30] Anne Ruck, Op.cit., hlm. 122
[31] Donald E. Hoke, Op. Cit., hlm. 324
[33] Anne Ruck, Op.cit., hlm. 122
[34] Ibid., hlm.125
[35] Ibid., hlm. 267
[36] David B. Barrett, World Christian Encyclopedia, New York:
Oxford University Press, 1982, p. 165
[37] Anne Ruck, Op.cit., hlm. 268
[38] Donald E. Hoke, Op. Cit., hlm. 86
[39] Ibid, hlm. 88
[41] Donald E. Hoke, Op. Cit., hlm. 85-86
[42] J.D. Wolterbeek, Gereja di Negeri-negeri Tetangga Indonesia, Jakarta:
BPK-GM, 1959, hlm. 26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar