Senin, 11 Maret 2013

HUBUNGAN IMAN DENGAN KASIH (1 Kor.13:13) MENURUT TEOLOGIA PAULUS



HUBUNGAN IMAN DENGAN KASIH (1 Kor.13:13)
 MENURUT TEOLOGIA PAULUS
Oleh : Chrisnov M. Tarigan

I.                   Pendahuluan
Iman dan kasih merupakan suatu hal yang sangat berkaitan erat dengan umat Kristen, dan menjadi dasar dari segala hal yang diajarkan Alkitab, Yesus Kristus dan Para Rasul. Namun penulis melihat dari realita sekarang dalam jemaat Kristen, mengenai iman dan kasih, terkesan dua hal yang terpisah bahkan kontradiktif. Iman merupakan bagian tersendiri dan kasih juga merupakan bagian yang lain, dan keduanya terkesan sangat sulit untuk dihubungkan. Selain itu, penulis juga melihat terkesan perbedaan dalam Alkitab mengenai iman dan kasih, yakni:
-          Iman : “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup damai dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”. (Rom. 5:1)
-          Kasih :  “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih”. (1 Kor, 13:13)
Dari penjelasan nats diatas terkesan tidak ada ketetapan yang pas mengenai kebenaran dan keselamatan, apakah oleh iman atau kasih?. Sehingga penulis melihat pasti ada hubungan antara iman dan kasih yang ingin disampaikan kepada kita. Sehingga dalam tulisan ini penulis mencoba melihat hubungan iman dan kasih menurut teologia Paulus.

II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Iman dan Kasih
Menurut KBBI, iman diartikan dengan kepercayaan, keyakinan kepada Allah, ketetapan hati, keteguhan hati, keseimbangan batin.[1] Sedangkan menurut L.L. Morris, iman dalam Perjanjian Baru adalah sikap yang didalamnya seseorang melepaskan andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapat keselamatan, entah itu kebajikan, kebaikan susila atau apa saja, kemudian sepenuhnya mengandalkan Yesus Kristus, dan mengharap hanya dari Dia segala sesuatu yang dimaksud dengan keselamatan.[2]
Menurut Hamzah Ahmad, kasih adalah perasaan iba, perasaan sayang, atau perasaan kasihan.[3]  Kata paling umum untuk semua bentuk kasih dalam PB adalah agape, agapao. Dalam pemunculannya, yang begitu sedikit, kata itu berarti kasih yang paling tinggi dan paling mulia, yang melihat suatu nalai tak terbatas pada objek kasihnya.[4]

2.2. Iman menurut Teologia Paulus
Iman berasal dari Tuhan Allah. Didalam Efesus 2:8, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah”. Secara jelas dikatakan Paulus bahwa kita diselamatkan oleh karena anugerah dan melalui iman. Tuhan Allah menurunkan anugerahNya kepada manusia dan manusia menerima anugerah itu menyatakan iman.[5]
Beriman kepada Yesus Kristus berarti hidup dalam persekutuan dengan Kristus. Dalam Galatia 2:19,20, Rasul Paulus berkata, bahwa karena persekutuannya dengan Kristus ia telah disalibkan dengan Kristus, dan sekalipun dia hidup, namun bukan lagi dia sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup didalam dia. Mengenai hidupnya yang sekarang ia hidupi di dalam daging, Paulus bersaksi, bahwa hidup itu adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah, yang telah mengasihi dia dan menyerahkan diriNya untuk dia. Kata-kata Paulus ini menunjukkan bahwa karena iman, Kristus telah berdiam di dalam hidupnya dan bahwa selanjutnya Paulus juga berada di dalam Kristus. Oleh karena itu orang yang beriman bukan bersandar pada dirinya sendiri, sebab “aku”nya telah ditundukkan oleh Kristus dan Kristus telah menjadi Rajanya. Itulah sebabnya maka dalam 2 Kor. 13:5, Rasul Paulus berkata, bahwa tetap tegak di dalam iman sejajar dengan “Yesus Kristus ada di dalam orang beriman”.[6]
Bagi Paulus, iman adalah sikap khas Kristen (Rom.1:16) dan menekankan bahwa manusia dibenarkan oleh iman (Rom.5:1). Doktrin pembenaran oleh iman adalah pusat pemberitaan Paulus. Hal lain dalam teologi Paulus ialah peranan Roh Kudus yang begitu luas dan mencolok. Paulus berpendapat bahwa semua orang Kristen didiami oleh Roh Kudus (Rom.8:9,14) dan hal ini dia hubungkan juga dengan iman.[7] Iman adalah cara bereksistensi dari hidup yang baru oleh karena Roh, artinya hidup yang baru dikuasai Roh Kudus itu adalah hidup dalam iman. Hidup dari iman berarti hidup dalam persekutuan dengan Kristus, sedangkan hidup di dalam persekutuan Kristus sama artinya dengan hidup dalam persekutuan Roh Kudus. Oleh karena iman adalah cara bereksistensi dari hidup yang baru yang dikuasai Roh Kudus, maka di dalam iman itu terdapat tiga unsur yaitu:
·         Unsur ketaatan, dalam Rom, 1:5, Paulus berkata bahwa ia dipanggil menjadi rasul untuk menuntun semua bangsa supaya mereka percaya dan taat kepada nama Tuhan Yesus Kristus (bnd. Rom. 16:26).
·         Unsur pengatahuan. Iman mengandaikan adanya pengetahuan yang menjadi alasannya dan yang menjadi sumber kekuatannya. Dalam 1 Kor.1:30 disebutkan bahwa Kristus telah menjadi hikmat bagi kita oleh Allah. Bahkan iman sendiri adalah pengetahuan dan hikmat (Flp.3:8). Pengetahuan memang menjadi dasar, motif iman. Oleh karena itu maka iman dipandang sebagai suatu tindakan yang penuh kesadaran, berarah serta penuh keyakinan.
·         Mempercayai, mengandalkan. Sebab iman bukan hanya soal akal, melainkan soal keseluruhan kehidupan manusia. Menurut Rom.10:9, iman adalah soal hati, soal inti manusia. Orang yang beriman mempercayai segala janji dan kuasa Allah (bnd. Rom.4:11, 17-21), tidak menyandarkna diri kepada perkara duniawi serta amal-amal manusia, melainkan menyerahkan dirinya secara mutlak kepada karunia Allah.[8]

2.3. Hubungan Iman dengan Kasih (1 Kor.13:13)
Iman adalah tanggapan manusia atas kasih karunia Allah (Rom.5:2; 10:9; Ef.2:8). Iman ini adalah pemberian Allah. Paulus mencoba untuk menunjukkan bahwa perkataan “iman” tidak dimaksudkan  untuk menyatakan suatu tindakan bebas pada pihak orang percaya (lih, 2 Kor.4:13;  Flp. 1:29).[9] Iman “bekerja oleh kasih” (Gal.5:6). C.A. Scott mengatakan bahwa mulai dari saat iman bekerja, suatu transformasi pandangan etis secara ideal sudah ada disana.[10]
Dimana ada iman disitu pula ada kasih, pertobatan, kepatuhan doa dan perbuatan. Menusia memperoleh kehidupan tanpa perbuatan, hanya oleh iman, namun hubungan kepercayaan berdasarkan pembenaran itu tidak pernah tanpa kasih, maka karya atau perbuatan-perbuatanlah (kasih) yang menyatakan kepercayaan atau iman kita (Rom. 6:22; 7:4; 1 Kor. 13:2, Gal. 5:6). Ketika orang yang dibenarkan hidup dalam Kristus dan berbuat kasih sesuai dengan apa yang diterimanya maka ia akan menghasilkan buah yang baik.[11] Dalam hal ini kita melihat bahwa bukan ketika kita melakukan perbuatan baik, maka kita akan mempunyai iman yang benar, tetapi sebaliknya bahwa dengan perbuatan baik yang kita lakukan itu adalah buah dari iman kita.
Dalam 1 Kor. 13:13, kasih  bersatu dengan iman dan pengharapan sebagai karunia Roh Kudus. Kasih itu bukan suatu kasih usaha manusia, dan oleh karena itu bukan alasan untuk membanggakan diri (1 Kor. 13:4). Pengorbanan Kristus di salib adakah tanda tertinggi dari kasih Allah (Rom. 8:39). Oleh karena itu, gaya hidup Kristen harus berteladan kepadaNya (1 Kor.11:1). Kasih adalah buah iman dan mencakup kepedulian khusus bagi anggota persekutuan yang lebih lemah (1 Kor. 8:11-12).

III.             Refleksi
Manusia adalah ciptaan Allah, dan ketika manusia tidak memiliki sikap kasih kepada sesamanya manusia, maka ia tidak mengasihi ciptaan Allah. Kita beriman kepada Yesus, berarti kita juga beriman kepada karya-karyaNya, dan didalam karya-karyaNya tersebuat banyak hal yang berunsurkan dengan kasih, sehingga kita pun harus juga menerapkan unsur kasih ini dalam kehidupan. Kasih  bersatu dengan iman dan pengharapan sebagai karunia Roh Kudus dan kasih adalah buah dari iman.
Dalam kehidupan kita sehari-hari mungkin kita semua belum mampu mengasihi sesama kita manusia, atau mungkin kita juga belum mampu mengasihi diri kita sendiri. Dari penjelasan diatas, sangat perlu membangun dan mempertumbuhkan iman kita. Namun, selain itu sangat perlu juga kita mengaplikasikan apa yang kita imani dalam kehidupan kita, sehingga iman tersebut dapat menjadi buah-buah iman, dan buah-buah iman akan terkadung dalam satu kata yaitu kasih. Sehingga tepatlah bahwa orang yang beriman adalah orang yang menerapkan kasih dalam setiap seluk-beluk kehidupannya.

IV.             Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa iman adalah sikap khas Kristen (Rom.1:16) dan menekankan bahwa manusia dibenarkan oleh iman (Rom.5:1). Doktrin pembenaran oleh iman adalah pusat pemberitaan Paulus. Namun kepercayaan iman yang berdasarkan pembenaran itu tidak pernah tanpa kasih, maka karya atau perbuatan-perbuatanlah (kasih) yang menyatakan kepercayaan atau iman kita (Rom. 6:22; 7:4; 1 Kor. 13:2, Gal. 5:6). Pengorbanan Kristus di salib adakah tanda tertinggi dari kasih Allah (Rom. 8:39). Oleh karena itu, gaya hidup Kristen harus berteladan kepadaNya (1 Kor.11:1). Bukan ketika kita melakukan perbuatan baik, maka kita akan mempunyai iman yang benar, tetapi sebaliknya bahwa dengan perbuatan baik yang kita lakukan itu adalah buah dari iman kita.

V.                Daftar Pustaka
Ahmad, Hamzah, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Surabaya: Fajar Mulya, 1995
Becker, Dieter, Pedoman Dogmatika, Jakarta: BPK-GM, 1996
Falmer¸ F.H. “ Kasih, Kekasih” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I (A-L), Jakarta: YKBK/OMF, 2007
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2006
Morris, L.L., “Iman” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I (A-L), Jakarta: YKBK/OMF, 2007
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia¸Jakarta: Balai Pustaka, 1988
Scott, C.A., Christianity According to St. Paul
Stringer, J.H. “Kasih Karunia” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I (A-L), Jakarta: YKBK/OMF, 2007
Verkuyl, J., Aku Percaya, Jakarta: BPK-GM, 1999





[1] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia¸Jakarta: Balai Pustaka, 1988, hlm. 372
[2] L.L. Morris, “Iman” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I (A-L), Jakarta: YKBK/OMF, 2007, hlm. 431
[3] Hamzah Ahmad, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Surabaya: Fajar Mulya, 1995, hlm. 190
[4] F.H. Falmer¸ “ Kasih, Kekasih” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I (A-L), Op.cit., hlm. 525
[5] http://www.caraulia.net// diakses 11-10-2011
[6] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2006, hlm. 404
[7] L.L. Morris, “Iman” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I (A-L), Op.cit., hlm. 432
[8] J. Verkuyl, Aku Percaya, Jakarta: BPK-GM, 1999, hlm. 177-179
[9] J.H. Stringer, “Kasih Karunia” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I (A-L), Op.cit., hlm. 527
[10] C.A. Scott, Christianity According to St. Paul, hlm. 111
[11] Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, Jakarta: BPK-GM, 1996, hlm. 148

Tidak ada komentar:

Posting Komentar