Senin, 11 Maret 2013

MAKNA KERAJAAN ALLAH MENURUT INJIL LUKAS DAN REFLEKSINYA BAGI KEHIDUPAN


MAKNA KERAJAAN ALLAH MENURUT INJIL LUKAS
DAN
REFLEKSINYA BAGI KEHIDUPAN
Oleh : Chrisnov M. Tarigan

I.                   Pembahasan
1.1.Sekilas Mengenai Injil Lukas
Injil Lukas ditulis oleh Lukas sendiri yang merupakan seorang tabib dan sahabat Rasul Paulus sendiri. Meskipun kitab ini tidak pernah mengatakan bahwa Lukas adalah penulisnya, para pemimpin Kristen pada abad ke-2 mengatakan bahwa Lukas yang menulisnya. Kisah ini mengambil tempat terutama didaerah yang sekarang bernama Israel, dengan beberapa adegan dari sebelah timur sungai Yordan, yang sekarang adalah Yordania Utara. Banyak pelayanan Yesus mengambil tempat di daerah kampong halamanNya di Galilea, di Israel Utara. Minggu terakhir dalam kehidupanNya mengambil tempat di daerah Yerusalem, daerah Yudea.[1]
Hal-hal yang penting dalam Injil Lukas adalah:[2]
a.       Lukas menceritakan riwayat Yesus sebagai sejarah. Maksud Lukas bukan untuk mengatakan bahwa kehidupan Yesus adalah semata-mata sebagai dari sejarah gereja, tapi adalah masa utama dalam tindakan rahmani Allah terhadap manusia.
b.      Gagasan pokok yang mau disampaikan adalah keselamatan. Dua ungkapan yang banyak dipakai dalam Injil Lukas adalah “memberitakan Injil” dan “keselamatan”. Dalam Injil Lukas menunjukkan bahwa orang-orang yang menerima keselamatan itu adalah bergabung dalam Kerajaan Allah.
c.       Keselamatan adalah untuk yang hilang, maka keselamatan itu adalah untuk semua orang, karena semua orang adalah hilang. Jelas dalam Injil Lukas secara khusus memperlihatkan bagaimana Yesus membawa keselamatan kepada orang-orang yang rendah di Yudea, yaitu orang-orang miskin, kaum perempuan, anak-anak, dan orang yang paling berdosa.
d.      Injil Lukas juga memperlihatkan bahwa penderitaan dan kematian merupakan jalan yang ditentukan Allah, yang wajib dijalani Yesus sebelum masuk ke dalam kemulianNya di sorga, tapi hanya dalam Luk.22:19-20 memanglah ia berbicara dengan jelas tentang sifat pengorbanan kematian Yesus.
e.       Injil Lukas juga menekankan ‘luasnya kemurahan hati Allah’, dan serentak juga dengan keras tuntutan-tuntutan Yesus. Kasih karunia Allah bukanlah ‘kasih karunia murah’, orang berdosa harus bersedia bertobat dan membuang dosanya.

1.2. Makna Kerajaan Allah Menurutu Injil Lukas (Presentis)
Beberapa prikop dalam Injil Lukas (Luk. 4:43; 8:1; 9:11) menunjukkan bahwa pokok mengenai Kerajaan Allah terlihat dalam pemberitaan Yesus. Istilah Basileia tou Theou (Kerajaan Allah) terutama dipakai dalam Injil ini untuk menunjuk kepada campur tangan Allah dalam sejarah manusia untuk mendirikan kerajaanNya. Jadi ungkapan Kerajaan Allah dalam Injil Lukas lebih menekankan aksi atau tindakan Allah dari pada pemberitaan tentang Kerajaan Allah itu sendiri. Dalam perkataan lain, tekanan yang sangat kuat tentang Kerajaan Allah itu terletak pada diri Yesus sebagai wakil Allah yang melaluiNya pemerintahan Allah itu terwujudkan.[3]
Terhadap pemberitaan Kerajaan Allah oleh Yesus, C.H. Dodd berpendapat bahwa Kerajaan Allah adalah suatu eskatologi yang secara penuh telah terwujud pada masa kini.[4] Menurut Conzelmann berpendapat bahwa waktu pemenuhan itu merupakan suatu periode yang berlangsung sebelum kedatangan Kerajaan Allah, suatu periode penuh pengharapan tetapi belum waktunya Kerajaan Allah itu. Sedangkan menurut Marshall bahwa kerajaan itu telah datang selama pelayanan Yesus, namun pemenuhannya masih di depan. Karena itu, Yesus sendiri berbicara baik masa kini maupun masa depan kerajaan itu.[5]
Dalam Injil Lukas ada beberapa teks yang berbicara tentang kehadiran Kerajaan Allah pada masa kini, sementara  ada teks-teks lain berbicara tentang pemenuhannya yang masih diharapkan di masa depan.
Ø  Lukas 11:20 “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (bnd. Mat.12:28). Dalam teks itu Matius memakai ungkapan “kuasa Roh Allah”, sedangkan Lukas memakai ungkapan “jari Allah”. Yesus, menurut Lukas, meminjam istilah itu dari Kel.8:19; Ul.9:10; bnd. Mzm. 8:4. Ungkapan “tangan Allah” atau “jari Allah” dalam pasal-pasal itu menggambarkan kuasa Allah yang telah Allah wujudkan dengan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir ke Kanaan. Maka Yesus, menurut Lukas, mengutip ungkapan itu untuk menegaskan bahwa kuasa Allah itu kini sedang berlaku juga dalam pelayananNya. Berlakunya kuasa Allah itu nyata pada tindakan pembebasan manusia dari kungkungan kuasa setan kepada suatu kehidupan yang berpengharapan.[6]
Ø  Lukas 17:21b, “…Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu”. Teks ini merupakan jawaban Yesus terhadap pertanyaan orang-orang Farisi apabila kerajaan Allah itu telah datang. Lalu Yesus menjawab katanya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu”. Kerajaan Allah entos humon estin (ada diantara kamu), ada beberapa pendapat mengenai ini. Pertama, ada yang berpendapat bahwa maksud Yesus adalah kerajaan Allah yang ada dihatimu. Pendapat lain oleh Richard Hiers, bahwa maksud Yesus dengan ungkapan itu adalah menunjuk ke masa depan, ketika kerajaan itu datang dengan kuasanya.[7] Menurut Colin H. Roberts, bahwa maksud Yesus dengan ungkapan itu adalah Kerajaan Allah ada didalam jangkauanmu. Selain itu menurut Kummel, bahwa maksud Yesus adalah Kerajaan Allah hadir di dalam diri Yesus. Maka kehadiran Yesus diantara orang Yahudi adalah kehadiran Kerajaan Allah diantara mereka.[8] Bila dilihat dari sudut pandang Lukas, didalam diri Yesus kuasa Kerajaan Allah itu sedang bekerja. Oleh sebab itu melalui pelayanan Yesus orang mengalami aktivitas kuasa Kerajaan Allah itu. Sungguh pun demikian, pemenuhan itu masih ada di depan.[9]
Dalam Lukas 17:20-21 juga, pernyataan ini merupakan jawaban Yesus atas pertanyaan mengenai Kerajaan itu, kerena itu harus dipandang sebagai petunjuk khusus tentang sifat kekinian Kerajaan, yang diperhadapkan dengan penekanan yang lazim atas Kerajaan pada masa depan. Pernyataan ini juga mengungkapkan sifat Kerajaan yang non-politis. Apa yang Yesus katakana berarti, Kerajaan bukanlah sesuatu yang dapat kelihatan atau ditunjuk (“Orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada disana”).[10]
Ø    Lukas 16:16, “Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya.” Yang hendak ditekankan disini adalah bahwa dengan rumusan teks itu Lukas menempatkan Yohanes Pembaptis pada barisan para nabi di masa lampau. Masa lampau itu diikuti oleh masa kini yakni masa dimana Kerajaan Allah diberitakan. Pandangan ini sesuai dengan pembagian sejarah keselamatan menurut Lukas. Ia membagi sejarah itu atas tiga masa yaitu masa lampau (zaman hukum Taurat dan nabi-nabi), masa kini (masa Yesus sebagai pusat sejarah) dan masa depan. Dengan demikian melalui teks ini Yesus, menurut Injil Lukas, hendak menyatakan bahwa masa kini adalah masa pemberitaan Kerajaan itu, sehingga orang berebut memasukinya. Kesimpulan ini secara tidak langsung menyatakan bahwa Kerajaan Allah itu sedang hadir pada masa kini.[11]
Bila kita perhatikan teks Luk.11:20 bahwa Kerajaan Allah telah hadir dalam pelayanan Yesus. Kehadiran itu terbukti dengan pengusiran setan dengan kuasa Allah. Sementara Luk. 10:9 menyatakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat kepada mereka yang mendengar pemberitaan murid-murid itu, dan mereka dapat mengalami kuasa kerajaan itu apabila mereka menyambut kerajaan itu.[12]
Dari pembahasan mengenai Kerajaan Allah, kita dapat ambil kesimpulan bahwa Yesus, menurut Lukas, sangat menekankan kehadiran Kerajaan Allah pada masa kini. Kehadirannya telah nyata dalam pelayananNya di tengah masyarakat Yahudi. Orang dibebaskan dari kuasa setan. Sungguh pun demikian, Yesus menurut Lukas, tidak mengabaikan kedatangan Kerajaan Allah atau lebih tepat pemenuhan kerajaan itu dimasa depan. Pemenuhan Kerajaan Allah dalam kemegahan dan kemuliaan masih dinantikan di masa depan.[13]

1.3.Makna Kerajaan Allah Menurutu Injil Lukas (Futuris)
Mengenai Kerajaan Allah yang akan datang Lukas mempertahankan untuk memelihara pengharapan Jemaat. Menurut Lukas, Yesus akan datang dalam KerajaanNya, namun kedatanganNya itu tidak diketahui orang maka jemaat dinasehati agar dengan sabar berjaga-jaga dan tetap bertahan menantikan Dia (Luk. 21:19). Dalam Mat.3:2, gagasan tentang Kerajaan Allah muncul dalam pemberitaan Yohanes Pembaptis. “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!”. Sedangkan teks Lukas berbunyi: “…bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu…” (Luk.3:3). Dari teks ini Lukas menghindari kata Kerajaan Surga. Lukas hendak menekankan pertobatan sebagai tindakan perubahan sikap dalam menyambut baptisan.
Dalam Lukas 10:9, Yesus mengutus tujuh puluh murid, tidak hanya menyembuhkan orang sakit tetapi juga memberitakan bahwa “Kerajaan Allah sudah dekat padamu” (eph humas he Basileia tou Theou).  Ungkapan yang sama, Yesus ulangi sekali lagi pada ayat 11. Menurut Nolland dan Danker, Lukas menyisipkan itu untuk menegaskan adanya suatu realitas masa depan eskatologis yang sekarang telah membelah masuk ke dalam dunia dalam kedatangan Yesus. Melalui kehadiranNya, Kerajaan Allah hadir diantara umat manusia namun pemenuhannya masih dinantikan dimasa depan. [14]
Kerajaan Allah ini masih akan datang dalam arti bahwa pemerintahan Allah ini belum sepenuhnya menjadi kenyataan di dunia ini. Maka murid Yesus harus berperilaku “seperti” mereka sudah menjadi anggota Kerajaan Allah. Ketaatan mutlak dalam keadaan manusia. [15] Unsur-unsur utama kedatangan Kerajaan Allah sudah dimulai dalam kehidupan Yesus dan kematianNya, yang dibenarkan oleh kebangkitanNya.[16]
Hidup, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus memulai penggenapan zaman Mesias, dan dalam Lukas Kerajaan Allah tetap merupakan pokok pengharapan (Luk. 20:35). Jadi peristiwa kedatangan itu akan digenapi secara tuntas pada saat Ia datang kelak dalam kemuliaan.[17]
Penegasan mengenai kedatangan itu digambarkan dalam perumpamaan tentang hamba yang menantikan kedatangan kembali tuannya. Karena kedatangan kembali laksana pencuri maka hamba itu dinasehati agar berjaga-jaga (Luk.12:38-40, 42-46). Demikianlah kedatangan Kerajaan Allah melalui Anak Manusia itu. KedatanganNya tidak diketahui oleh seorangpun maka jemaat dinasehati agar berjaga-jaga dan memiliki hati yang bijak untuk menilai tanda-tanda zaman ini (Luk.12:54-59).
Penegasan tentang kedatangan kembali itu disampaikan lagi dalam Luk. 21:31-32, “jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat”. Aku bekata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi”. Perkataan: “hal-hal ini terjadi” merupakan kesimpulan dari perumpamaan tentang pohon ara (ay.29,30) itu dan sekaligus menunjuk kepada tanda-tanda yang disebut dalam ayat 11,25 yakni: gempa bumi, penyakit sampar, kelaparan dan tanda-tanda yang dahsyat di langit, tanda-tanda pada matahari, bulan dan bintang-bintang, bangsa-bangsa takut dan bingung menghadapi deru gelombang laut. Yesus, menurut Lukas, memakai metode pendekatan terhadap perumpamaan pohon ara ini dan mengatakan, apabila kamu melihat tanda-tanda ini terjadi maka ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Sedekat datangnya musim panas apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas (ay.30).[18]

II.                Refleksi
Kita ketahui bahwa Kerajaan Allah bukan berbicara suatu wilayah dengan batas-batasnya yang jelas, melainkan menggambarkan kedaulatan dan pemerintahan Allah yang berlaku secara penuh dalam sejarah manusia.
Melalui pemaparan diatas kita dapat merefleksikan bagi kehidupan kita bahwa keselamatan sudah diberikan Yesus kepada kita terlihat dalam hidup, kematian dan kebangkitanNya. Keselamatan yang sudah kita terima harus dijaga, dan kita harus memiliki pengaharapan kepada Yesus melalui kedatanganNya kedua kali dalam Kerajaan Allah. Pengharapan akan kedatangan KerajaanNya harus ditunjukkan dengan ketaatan kita kepadaNya. Seperti pemaparan diatas kita diajak untuk “berjaga-jaga”, sebab kita tahu bahwa pasti akan datang KerajaanNya walaupun kita tidak dapat memastikan kapan kedatangan Kerajaan itu.
Selain itu kita juga diajak untuk melaksanakan pertobatan yang sebenar-benarnya sehingga kita dapat menjadi bagian dalam pemenuhan Kerajaan Allah yang akan datang. Kita menjadi pelaksana firmanNya bukan hanya pendengar firmanNya, sebab dalam Injil Lukas mengenai aksi adalah bagian penting dalam menyambut Kerajaan Allah.

III.             Kesimpulan
Pada Injil Lukas, bahwa yang menjadi penekanan mengenai Kerajaan Allah dapat kita lihat didalam diri Yesus. Melalui pelayanan dan pengajaranNya kita dapat mengetahui hal-hal mengenai Kerajaan Allah seperti yang sudah dipaparkan diatas. Makna Kerajaan Allah menurut Lukas ada yang presentis (dalam diri Yesus) yaitu keselamatan dan futuris yakni: pengharapan, pertobatan, ketaatan, kedatangan Yesus kembali.

IV.             Daftar Pustaka
Allo, Paula (Ed.), Extreme Journey (New Testament), Jakarta: Immanuel, 2006
Browning, W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2010
Dodd, C.H., The Parable of The Kingdom, London: SCM Press, 1961
Douglas, J., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini A-L, Jakarta: YKBK-OMF, 2007
Fitzmyer Joseph A.,The Gospel According to Luke, New York:Doubleday&Co,1985
Guthrie, Donald (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 “Matius-Wahyu”, Jakarta: YKBK/OMF, 1986
Guthrie, Donald, Teologi Perjanjian Baru 2 (Keselamatan dan Hidup Baru), Jakarta: BPK-GM, 1992
Hakh, Samuel B., Pemberitaan Tentang Yesus menurut Injil-injil Sinoptik, Bandung: Jurnal Info Media, 2007
Hiers, Richard H., The Kingdom of God in the Synoptic Tradition, Florida: The Storter Printing Co, 1970
Kummel, W.G., Promise and Fulfilment, London: SCM Press LTD, 1956
Marshall, I. Howard, Luke-Historian & Theologian, Great Britain: Paternoster Press,1997


[1] Paula Allo (Ed.), Extreme Journey (New Testament), (Jakarta: Immanuel, 2006), 43
[2] Donald Guthrie (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 “Matius-Wahyu”, (Jakarta: YKBK/OMF, 1986), 192-193
[3] I. Howard Marshall, Luke-Historian & Theologian, (Great Britain: Paternoster Press,1997), 129
[4] C.H. Dodd, The Parable of The Kingdom, (London: SCM Press, 1961), 38
[5] I. Howard Marshall, Op.cit, hlm. 129
[6] Samuel B. Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus menurut Injil-injil Sinoptik, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 54
[7] Richard H. Hiers, The Kingdom of God in the Synoptic Tradition, (Florida: The Storter Printing Co, 1970), 22
[8] W.G. Kummel, Promise and Fulfilment,( London: SCM Press LTD, 1956), 55
[9] Samuel B. Hakh, Op.cit,  55
[10] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Keselamatan dan Hidup Baru), (Jakarta: BPK-GM, 1992), 27
[11] I. Howard Marshall, Op.cit, 130-131
[12] Ibid, 133
[13] Samuel B. Hakh, Op.cit, 57
[14] Ibid,  236
[15] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab,( Jakarta: BPK-GM, 2010), 195
[16] Ibid, 306
[17] J. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini A-L,( Jakarta: YKBK-OMF, 2007), 286
[18] Joseph A. Fitzmyer,The Gospel According to Luke,( New York:Doubleday&Co),1353

Tidak ada komentar:

Posting Komentar